Rabu, 16 November 2011

Renungan dari Samping rumahku

Oleh: Ibnu Alim
Kadang ku merenung dalam sepiku. Mencoba menyelami yang terjadi dalam kehidupan ini. Dalam kehidupan rumah tanggaku, dalam kehidupan masyarakatku, terkadang banyak hal hal yang seakan begitu aneh,bahkan tak jarang menyesakkan jiwaku. Terbesit pertanyaan dalam benakku. Fenomena apakah ini. Apakah manusia lain sepertiku di sekelilingku juga merasakan hal yang kurasakan?
Ketika azan subuh berkumandang, sebagian remaja masih bercanda, di pinggir-pinggir gang. Tidak jelas apa yang mereka kerjakan. Mungkin hanya sekedar berakrab ria dengan teman temannya. Terfikir olehku, adakah orang tua mereka memperhatikan mereka. Bukankah masa depan mereka juga adalah tanggung jawab orang tua mereka. Apakah mereka tak berharap mereka akan menjadi amal tak terputus ketika mereka meninggal kelak. Apakah mereka tak pernah mendengar sabda Sang Nabi bahwa meskipun mereka, para orang tua meninggal, mereka akan memperoleh pahala tak teputus dari anak sholeh mereka yang mendoakan mereka.
Di potongan waktu yang lain, ketika malam mulai menyelimuti. Sering  kutemui pula alunan musik dangdut  yang diputar keras menggetarkan kaca kaca disekeliling rumahku. Bahkan dengan itu akupun tak sengaja jadi tau, lagu lagu dangdut yang sedang trend saat ini. Syukurlah Allah masih menyayangiku, memberikan kepadaku kekuatan penyaring untuk tak latah mengikutinya. Lalu bagaimana dengan anak kecil yang ada disekelilingku. Sebagian besar dari mereka menjadi latah, lebih hafal dengan dengan syair lagu playboynya 7 icon, atau alamat palsunya Ayu ting ting dari pada sekedar membaca Al Fatihah dengan bacaan yang benar. Padahal itu merupakan rukun sholat, yang harus dikuasai oleh setiap muslim yang mengerjakan sholat. Sadarkan para pemutar musik itu dengan akibat akibat itu. Padahal sebagian mereka juga mengaku Islam, KTPnya Islam dan sebagian mereka juga terkadang hadir jamaah sholat subuh di masjid. Lantas apakah yang menjadikan mereka seperti  itu?
Fenomena lain yang menyedihkan adalah banyak di sekeliling kita Majelis Ta’lim, Majelis Dzikir ataupun Majelis Sholawat. Mereka berbondong bondong menghadirinya. Tak tak seorangpun tau, apa sebenarnya niat yang tertanam dalam hati mereka. Ingin memperbaiki dirikah? Ingin sekedar dianggap orang sholeh kah? Ingin dianggap tidak kuperkah? Padahal niat merupakan penentu bagaimana sebuah amal akan diganjar. Penentu sebuah amal akan memberikan dampak pada pelakunya. Bukti terpampang didepan mata, banyak dari muslimah yang aktif majelis ta’lim, majelis dzikir bertahun tahun, bahkan mungkin materi tentang hijab sudah diulang ulang, masih saya kita jumpai dari mereka keluar rumah dengan membuka auratnya, sebagian mereka masih memakan harta riba, sebagian dari mereka masih berteman akrab denga jimat dsb.
Hal hal diatas merupakan sekelumit tentang fenomena menyedihkan di sekitar kita. Lantas apa yang bisa kita lakukan? Sudah menjadi tugas kita untuk ambil bagian dalam menyelamatkan generasi dan masyarakat kita. Dengan hal terkecil sekalipun yang dapat kita perbuat. Jika kita tak bisa merubah yang tua, kita bina yang muda. Semoga dengannya menjadikan pelajaran bagi mereka yang masih mau berfikir. Niat yang tulus dan kerja yang serius dan terorganisir merupakan salah satu solusi perbaikan masyarakat kita. Dibutuhkan jiwa jiwa yang punya kekuatan ruhiyah yang baik, yang punya azam yang kuat, kepedulihan dan jiddiyah untuk merubah mereka. Mari tolong menolong untuk mewujudkannya, dan dengan senantiasa mengharap pertolongan dari Dzat yang Maha Perkasa Allah SWT. Barang siapa menolong agama Allah, maka Allah akan menolongnya dan meneguhkan kedudukannya. Intanshurullaha yashurkum wa yutsabit aqdamakum.

Allahu A’lam Bishshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar